
Ada
perbedaan antara kata menyembah dan memuji. Menyembah merupakan penghormatan
yang khidmat dengan sujud dan memuja; memuji adalah suatu perasaan yang lahir
atas kekaguman sehingga memberikan sebuah penghargaan dengan cara memuliakan.
Menyembah
dalam bahasa latin “Latría” atau
dalam bahasa yunani “λατρεια” (latreia) yang berarti
penyembahan atau kultus yang harus diberikan hanya kepada Allah karena Ia
adalah Tuhan dari segala ciptaan, sumber kebaikan, kebijaksanaan, belaskasih,
dan penyelamat kita. Menyembah Allah berarti memberikan segala penghormatan
serta penyerahan diri secara absolut karena kerendahan kita dihadapan keagungan
Tuhan.
Umat
Katolik hanya menyembah kepada Allah,
ini tertera dalam Kitab Suci sebagai kebenaran iman. Dalam kitab Keluaran 20:
4-5 berbunyi “Jangan membuat bagimu
patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi
di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah
kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah
yang cemburu...”
Coba
kita mengenang kembali narasi tentang Maria mengunjungi Elisabet dalam kitab Lukas1: 41-42 “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria,
melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh
Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: Diberkatilah engkau di antara semua
perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”. Dan selanjutnya
Pernyataan
Elisabet mengafirmasikan bahwa Maria adalah wanita yang diberkati karena dia
dipilih oleh Allah untuk membawa Juruselamat didalam rahimnya, dan itulah
sebabnya kita umat Katolik memanggilnya demikian dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, penghormatan dan pujian yang
diberikan umat Katolik kepada Perawan yang Terberkati memiliki dasar alkitabiah
yang kuat.

Maria
selalu memperhatikan kita, mengasihi kita dengan cinta seorang ibu yang tak ada
batas karena Yesus sendiri telah menyerahkan kita kepadanya: Yoh: 19: 26 “ibu inilah anakmu”. Kita pun demikian
mengasihi Maria dalam ketaatan kepada Yesus dan kesetiaan kepada Injil: Yoh 19:
27 “inilah ibumu”. Itulah sebabnya dengan
penuh percaya diri kita menghadap Maria untuk menyampaikan segalah kebutuhan
dan percaya dengan perantaran keibuannya.

Namun
ada arti lain dari kata “perantara” yang menjurus pada pemohon bantuan.
Contohnya: kita sering kali meminta bantuan para imam atau orang lain agar
didoakan. Dalam konteks ini, merekapun
menjadi perantara namun bukan berarti mengesampingkan peranan Kristus sebagai
mediator utama. Jadi dalam hal ini yang ingin disampaikan adalah Maria adalah
perantara yang istimewah karena lebih dekat dan bersatu dengan Sabda inkarnasi dan
sekaligus menjadi Ibunya. Kita bisa melihat contoh peran mediasi Maria yang
meminta bantuan kepada Yesus dalam narasi Kitab Suci tentang pernikahan di Kana
Galilea, injil Yoh 2: 1-11. Intervensi Bunda Maria dalam mukjizat pertama
Putranya bukanlah suatu kebetulan. Narasi pernikahan di Kana menyoroti peran
kooperatif Maria dalam misi Tuhan Yesus.
Jadi
doa dan pujian yang diberikan kepada Bunda Maria bukanlah bentuk penyembahan,
melainkan penghormatan dan cinta sebagai Bunda Allah. Tidak diragukan lagi
bahwa dia adalah wanita yang paling diberkati dan suci, dan karena alasan itu,
Maria pantas untuk dicintai, dihormati, dan diteladani.

Juga
perlu diklarifikasi, ketika seorang Katolik berdoa dan didepannya ada sebuah gambar,
ia tidak pernah berpikir untuk memohon pada gambar tersebut. Sekali lagi pada
gambar tidak; pikiran kita tertuju pada orang yang berada dibalik gambar itu. Kita
tidak pernah percaya atau mengajarkan bahwa gambar bisa berbicara, bisa melihat,
ataupun berjalan. Bagi kita semuanya itu hanyalah representasi dari Yesus,
Maria atau seorang santo santa. Dan jika kita mencium, memberikan bunga, atau memberi
lilin, mendupai, itu hanyalah suatu bentuk untuk mengekspresikan kasih kepada
dia yang berada dibalik gambar tersebut. Ini juga sering terjadi dalam
kehidupan kita, jika kita melihat orang yang kita kasihi dalam sebuah foto,
kita langsung mengenang sosok dalam foto tersebut, ada sebuah perasaan yang
tersirat saat itu, bukan fotonya. Jadi sekali lagi, gambar atau patung kudus
hanyalah sebuah representasi, karena ungkapan iman tidak dibatasi dengan
dipandang mata, melainkan lebih jauh dari itu.

"Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala
keturunan akan menyebut aku berbahagia" (Luk 1:48).
"Penghormatan Gereja untuk Perawan Maria tersuci termasuk dalam inti
ibadat Kristen" (MC 56). "Tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan
kebaktian istimewa. Memang sejak zaman kuno santa Perawan dihormati dengan
gelar 'Bunda Allah'; dan dalam segala bahaya dan kebutuhan mereka umat beriman
sambil berdoa mencari perlindungannya... Kebaktian Umat Allah terhadap Maria...
meskipun bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah
sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa
dan Roh Kudus, lagi pula sangat mendukungnya" (LG 66). Ia mendapat
ungkapannya dalam pesta-pesta liturgi yang dikhususkan untuk Bunda Allah (Bdk. SC 103). Dan dalam doa marian
- seperti doa rosario, yang merupakan "ringkasan seluruh Injil" (Bdk. MC 42)..”.
Ave Maria
Tuhan Yesus Kristus dan
Bunda Maria memberkati.
P. Patrisius Frans Maria
Bora. OSM
Ordo Hamba-Hamba Maria
Komentar
Posting Komentar