MARIA DIBAWAH KAKI SALIB.


  Maria menemani Yesus di kaki salib dan siap menderita bersaman-NYA

Jumat dukacita, karena kita mengingat kembali peristiwa penderitaan Kristus sejak dari tempat penghakiman, dimana Ia harus menerima tuduhan dan siksaan yang keji, dan harus memanggul salibnya dalam perjalanan dari Yerusalem ke Golgota dan akhirnya mati  dikayu salib.  Dalam mengenang peristiwa sedih hari ini, kita tidak bisa lupa pada sosok Maria bunda Tuhan, yang setia dalam perjalanan mengikuti Yesus dan hanya diam ketika melihat ketidakadilan yang dituduhkan kepada putranya.  

Resultado de imagen de la virgen al pie de la cruz
Dia melihat putra tercintanya dimahkotai dengan duri yang tertancap dikepala dan dahinya, sehingga rambut dan wajahnya ternodahi akibat lumuran darah. Ia juga melihat punggung putranya sobek oleh karena beringasnya cambukan para algojo dan yang  menggauninya kemudian dengan jubah ungu untuk mengolok-olok Dia, menamparnya dan meludahi dia. Dia tahu bahwa Putranya yang tercinta dihina dan diejek, oleh sebab itu, hatinya begitu hancur.

Kemudian ia juga menyaksikan bagaimana Putranya berjalan dan jatuh dibawah beratnya kayu yang dipikulnya pada bahu yang telah babak belur dan juga ia harus menyaksikan bagaimana kaki dan tangan putra terkasihnya dipaku pada kayu Salib dan diangkat untuk dijadikan bahan tontonan banyak orang, yang menderita kesakitan dan akhirnya mati. Mungkinkah ada rasa sakit yang lebih besar dari pada ini?

Maria tidak mengerti misteri besar ini, tetapi sekali lagi ia menerimanya karena itu adalah kehendak Allah walaupun kepedihan serta sakit dihati dan jiwanya bagaikan ditusuk oleh pedang itu, tak tertahankan. Inilah waktu penggenapan nubuat Simeon dalam injil Lukas 2:34-35, ketika Simeon melihat seorang gadis dengan Putranya dalam dekapan, hari itu, Yesus dipresentasikan  di Bait Suci, di antara hal-hal lain, dia berkata kepada Maria: - "sebuah pedang akan menembus jiwamu"; dan sekarang Maria berdiri dibawah kaki Salib Putranya.

Bunda Allah menderita dan menangis karena melihat Putranya mati dikayu salib seperti seorang penjahat. Di kaki salib, Maria sangat menderita bersama Putranya dan ia menyatukan dirinya bersama anaknya sebagai persembahan penuh cinta kepada Allah, dengan menerima kematian putranya sebagai kurban. Kristus berbagi sengsara ini bersama bundanya; Ia menerima penghinaan dan bundanya menanggung sengsaranya. Inilah sesungguhnya pedang yang dinubuatkan Nabi simeon, kepada Santa perawan. Suatu pedang bukan pedang materiil, melainkan pedang dukacita, yang menembus jiwanya yang terberkati yang tinggal dalam hati Yesus. Tombak yang ditikam ke lambung-NYA menembus jiwa Santa Perawan yang tak pernah meninggalkan hati putranya.

Dengan berada dibawa kaki salib berarti Maria ingin menyatakan martabatnya sebagai murid dan kekuatan dalam kesedihan. Peristiwa penyerahan dibawa kaki salib,  St Yohanes mengatakan: "Setelah melihat ibunya dan murid yang dikasihinya, berkatalah Yesus kepada ibunya: "ibu, inilah anakmu", kemudian berkata kepada murid itu: "inilah ibumu". Pada saat itulah Bunda Yesus menjadi ibu dari seluruh umat manusia. Ibu yang berdukacita namun tetap teguh dibawah kaki Salib ini, mengajari kita tentang pentingnya iman dan harapan, karena hanya iman yang akan memberi kita kekuatan untuk menghadapi kesusahan besar yang datang dalam kehidupan dan harapan adalah semangat yang tumbuh dari jiwa, dimana seseorang melihat kesusahan hidup bukan sebagai hukuman namun sebagai suatu proses atau ujian dimana finalnya ada kebahagiaan dan ada kemenangan. 

Oleh: Fray Patrisius Frans Maria Bora. OSM
Ordo Hamba-Hamba Maria.

Komentar