RENUNGAN INJIL MATEUS 18,15-20 Oleh: Fray Patrisius Frans María OSM

RENUNGAN
INJIL MATEUS 18,15-20
Oleh: Fray Patrisius Frans María OSM

Injil hari minggu pekan ini sangat menarik untuk direnungkan; karena hari ini, Santo Mateus mengupas tentang relasi persaudaraan dalam konteks mengoreksi saudara kita yang bersalah. Dalam injil ini, bisa kita melihat tahap – tahap bagaimana cara mengoreksi saudara kita, Santo Mateus sudah sangat jelas memberikan cara bagaimana meluruskan saudara kita yang sudah membelok dari jalan yang benar. Maka dari itu, yang kita lakukan adalah mencoba untuk mempraktekkanya.

Santo Mateus ingin menjelaskan kepada kita bahwa dalam sebuah koreksi persaudaraan, yang paling utama harus didasari atas cinta kasih; jika tidak didasari atas cinta kasih, maka koreksi itu menjadi bumerang bagi kehidupan Spiritual kita. Mengoreksi sesama bukanlah hal yang mudah, karena sebelum kita mengoreksi orang lain, kitapun harus mengoreksi diri kita sendiri, supaya Janganlah kita sama seperti orang munafik yang di katakan Mateus “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu"(Mt 7,5).

Santo Mateus sangat keras dalam hal ini, karena ini adalah prilaku manusia dalam berelasi dengan sesamanya. Prilaku sebagai orang munafik sering kita temukan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Ini bisa terjadi karena tak ada kepuasan dalam diri dan hati seseorang, efeknya menjadikannya haus akan kekuasaan, ketenaran, dan akhirnya menjadi benalu dan duri dalam masyarakat karena menghasut, menggosip, memecah belah keharmonisan dan persaudaraan.

Kadang kita salah mengartikan antara koreksi dan menghakimi. Menghakimi itu berintensi untuk mencari kesalahan dan menghukum, sedangkan mengoreksi, lahir dari keinginan untuk mengembalikan seseorang ke jalan yang benar.  Dalam koreksi persaudaraan, intensinya untuk membantu saudara menjadi lebih baik dan dewasa, ini berarti didasari atas cinta kasih, maka kita telah menjadi murid kristus yang setia. Jika koreksi itu lahir dari perasaan negatif yang telah lama terpendam seperti dendam, benci, irihati, dengki, amarah, cemburu, dll, maka kita akan menghakimi saudara kita dan hanya menambah beban serta membawa kematian spiritual kepadanya; ini terjadi karena kita telah menjadi tombak  yang siap di tancap apabila ada kesempatan. Sikap-sikap inilah yang harus dihindari ketika kita mengoreksi saudara kita, agar kita layak menjadi murid Kristus.

Santo Mateus juga mau mengajarkan kepada kita arti kehidupan berkomunitas. Kehidupan komunitas melambangkan kehidupan Trinitas (Bapa, Putra, Roh KUdus). Kita di panggil sebagai individual untuk berbagi dengan sesama didalam komunitas. Didalam komunitas pula, kita saling mengasihi dan membagi suka dan duka. Ini dengan maksud agar kita tidak hidup dalam kesepian, melainkan hidup dalam kasih persaudaraan. Dengan demikian, jika kita hidup saling mengasihi, maka kita telah menerima Allah yang adalah kasih maka dari itu kitapun tinggal di dalam persekutuan dengan NYA. 

Maka himbauan kepada kita sebagai murid Kristus adalah, jika mengoreksi, koreksilah dengan cinta dan kasih, hindarilah saat mengoreksi sesamamu, perasaan dendam dan benci; bicaralah dengan kasih dan pengertian layaknya saudara. Dan bagi kita yang di koreksi, terimalah dengan senang hati, jadikan koreksi itu sebagai pelajaran untuk lebih menjadi dewasa dalam iman; Janganlah melihat itu sebagai aib yang memalukan, melainkan jadikan semua itu sebagai batu loncatan agar kamu lebih dewasa dalam bertindak.


Amin. 

Komentar