Manusia
adalah mahkluk yang selalu berekspresi entah dengan gaya hidup, kata - kata,
perbuatan, serta ungkapan sebuah perasaan.
Luapan expresi ini, lahir dari sebuah relasi yang di jalin dengan baik
dengan sesamanya untuk membangun sebuah fraternitas yang didasari atas kasih
dan persahabatan.
Dalam
menjalin relasi yang lebih intim, biasanya seseorang memilih yang berlawan
jenis; ini adalah sesuatu yang natural, karena secara kodratnya, seorang lelaki
dan seorang wanita hidup untuk saling melengkapi dan saling membantu. Maka dari
itu, diantra lelaki dan wanita didalam
menjalin sebuah relasi yang lebih intim harus membedakan antara nafsu, perasaan
dan cinta. Ketiga hal tersebut sangatlah penting untuk membedakan secara
mendalam relasi yang terjalin diantara keduanya dengan maksud untuk membangun
sebuah ketulusan cinta diantara sang lelaki dan wanita.
Nafsu
lahir hanya dari ketertarikan eksternal, maksudnya lahir dari ketertarikan
ragawi (cantik, ganteng, sexy, tinggi, rambut air panjang, dan lain
sebagainya); dan ini di golongkan dengan keinginan daging. Dan dalam hubungan
percintaan, nafsu hanya bertahan sebentar saja, karena tidak memiliki dasar
yang kokoh dan hanya sebagai luapan emosional dari keegoisan manusia. ini tidak
akan bertahan lama karena nafsu merupakan kehausan raga akan sesuatu; dan
apabila dahaga itu terpuaskan atau terpenuhi, maka akan mengakibatkan penolakan
total terhadap sesuatu. Maksudnya apabila nafsu atau keinginan daging tersebut
terpenuhi entah dengan ciuman atau hubungan sex, maka keduanya akan merasa
bosan dan tak lagi bertahan dalam menjalani hubungan tersebut.
Yang
berikutnya adalah Perasaan. Perasaan digolongkan dalam dua bagian, positif dan
negatif. Perasaan yang positif lahir apabila adanya ketertarikan antara
eksternal dan internal, maksudnya rupa dan hati; ini adalah awal untuk
menemukan dambaan hati. Perasaan yang negatif lahir dari kehampaan hati dan
hanya ingin memenuhi keegoisan diri. Ini dapat dilihat dari segi ketulusan
seseorang dalam menjalin relasi tersebut. Perasaan negatif ini lahir dari
sebuah gejolak batin yang hanya ingin menguasai lawan jenisnya hanya untuk
kepentingan dan kepuasan pribadi dan tidak melihat kebahagiaan pasangannya. Ini
digolongkan dengan seorang yang plin plan, dan terombang ambing, karena tidak
memiliki tekad dan keputusan yang pasti, entah karena takut, bimbang dan ragu.
Orang yang memiliki perasaan ini, biasanya hanya berjanji, namun tidak
memenuhinya, karena baginya apabila jadi berarti baik dan apabila tidak,
bukanlah sebuah persoalan. Ini menandakan ketidakdewasaan seseorang didalam
hidup dan hanya ingin kepuasan belaka akibatnya hanya ingin bergantung kepada
orang lain.
Yang
terakhir adalah Cinta. Ini adalah dasar dan motor kehidupan percintaan. Cinta
tidak sebatas sebuah perasaan, keinginan dan ketergantungan kepada seseorang.
Cinta merupakan kehidupan itu sendiri, karena lahir dari hati, jiwa dan raga;
maksudnya dari integritas manusia itu sendiri. Siapa yang mencintai dia lebih
ingin menjadi lebih baik. Dalam sebuah cinta, faktor internal adalah faktor
yang primer atau utama, kerena lebih memilih pada ketulusan hati, kejujuran,
kesetiaan, keharmonisan, serta kesabaran; sedangkan faktor eksternal merupakan
faktor yang kedua dan hanya sebagai tambahan.
Dalam
cinta, relasi akan dibangun lebih sempurna, karena tdak lahir dari kehampaan
hati dan nafsu birahi, melainkan lahir
dari kerinduan untuk saling melengkapi dan saling membantu. Cinta tidak
memiliki interes pribadi karena tidak memiliki karakter egois, melainkan ingin
membagi dan saling melengkapi. Dia tidak memandang latar belakang ekonomi,
keluarga, status sosial, agama, suku, serta keterbatasan raga (cacat). Cinta
lebih memilih ketenangan internal, dengan demikian cinta mampu membantu
sepasang kekasih menata dan membangun hidupnya sesuai dengan harapan serta
proyek hidup mereka.
Jadi,
jawablah dengan hati yang jujur, dimanakah diantara ketiga elemen ini saya
berada? Dan mana yang saya harus pilih?
Jadilah
manusia yang mandiri untuk kebaikan pribadi dan orang lain.
Komentar
Posting Komentar