PERNIKAHAN


Manusia (pria –wanita) diciptakan oleh yang maha kuasa untuk saling melengkapi dan bersama menjaga, melestarikan dan memimpin dengan adil alam semesta. Sejak awal mula, laki dan perempuan hidup saling berdampingan, berbagi kasih dan sayang, serta saling melengkapi. Sudah secara kodratnya sang lelaki membutuhkan seorang perempuan dan sebaliknya, hal ini untuk menyempurnahkan keinginan jiwa dan raga mereka.

Dalam kitab suci umat kristiani, tepatnya didalam kitab kejadian bab 2 ayat 20-25, mengisahkan bahwa sejak awal mula penciptaan, sang lelaki tidak menemukan ciptaan yang sepadan dengan dirinya, ini membuatnya merasa hampa dan tidak sempurna dalam berelasi. Maka dari itu, yang maha kuasa membuat dari tulang dan dangingnya sebuah ciptaan yang sempurna dan sepadan dengannya.

Wanita diciptakan dari tulang rusuk sang lelaki, ini menggambarkan bahwa keduanya memiliki harkat dan martabat yang sama; karena dari debu yang sama, dari tulang dan daging yang sama mereka diciptakan. Oleh sebab itu, keduanya tidak boleh saling mengusai atau saling mendominasi, karena keduanya diciptakan dengan kebebasan dan dengan penuh cinta oleh yang empunya kehidupan. Hendaklah keduanya saling melengkapi, berdialog atas dasar kasih sayang untuk memimpin ciptaan yang telah diamanatkan oleh yang mahakuasa.

Pernikahan didasarkan dengan hal-hal di atas; pernikahan bukanlah satu cara untuk mendominasi salah satu diantara keduanya melainkan menyempurnakan kehidupan sang suami dan istri. Di dalam pernikahan, sang lelaki dan perempuan menyatukan hati, menyatukan jiwa, menyatukan pendapat dan menyatukan aspirasi hidup. Maka dari itu, betapa pentingnya apabila ini didasari atas cinta kasih yang tulus.

Cinta, bukan saja sekedar perasaan, dimana ada, ketertarikan, kesenangan, keinginan dan kemauan diantara kenduanya; namun cinta lebih besar dari pada sebatas perasaan karena Cinta itu sendiri adalah hidup. Siapa yang mencintai, dia akan melakukan apa saja; berkorban untuk memberi yang terbaik bagi orang dikasihinya. Cinta itu adalah sebuah seni didalam menata sebuah kehidupan; Santo Yohanes mengatakan: Allah adalah Cinta.

Manusia adalah buah cinta kasih yang Maha Kuasa, dan didalam cinta, Allah berkarya disetiap hati manusia; jadi pada hakekatnya manusia tercipta atas nama cinta, dan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan cinta dengan perasaan, tulisan, lukisan, perbuatan dan lain sebagainya. Dengan demikian, Cinta itu asas dari kehidupan pernikahan.

Pernikahan adalah sebuah proses untuk menyatukan dua hati serta dua jiwa yang berdeda. Oleh sebab itu, keduanya meniggalkan orang tuanya masing-masing untuk hidup menjadi satu. Pernikahan juga, bukan hanya untuk berkembang biak, melainkan, membangun sebuah keluarga yang didasari atas cinta kasih.

Memang dalam kehidupan pernikahan selalu ada tantangan dan rintangan, namun Janganlah dengan hal ini, keutuhan, kejarmonisan dan ketulusan cinta terpisah. Keduanya harus bersatu, bersama melawan badai yang mengguncang bahtera kehidupan keluarga. Seperti pepata kuno berkata: bersatu kita tegu, bercerai kita runtu.


Salam



Komentar